3 Tingkatan Anak Tuhan

(Mazmur 18 : 29 – 30)

Tuhan menginginkan anak-anakNya memasuki Tingkatan melompati tembok, segala tembok adat istiadat, kebenaran diri sendiri, ketidakpercayaan, ketakutan, kemustahilan, rasa malu gengsi.
Kita harus berani melepaskan semua tembok dan melompati tembok kita.Generasi Daud adalah Generasi Yang Mempunyai Keintiman, melakukan peperangan. Generasi Salomo adalah generasi yang mengalami kelimpahan dan kekayaan. Jika Generasi Salomo tidak didampingi oleh Generasi Daud maka akan diakhiri dengan kehancuran.
Masalah akan datang dan kelimpahan akan menyertai kita. Kita akan lompati tembok masalah kita bersama Tuhan.

5523913788_237900312e_b

3 Ranks of the Son of GodJKI Anugrah – Cirebon

Ev. Daniel Krestianto

Reflection Material:
The answer to prayer
7: 7″Ask, and it shall be given you; q seek, and ye shall receive; knock 1 , then the door will be opened for you. 7: 8For everyone who asks receives, and everyone who seeks finds, r and everyone who knocks, the door will be opened. (Matthew 7: 7 – 8)

Reflection:
God told me there are 3 levels of God’s children in Matthew 7: 7 – 8.
1. Levels of Requesting.
2. Search Levels.
3. Knocking Levels.

Levels of Requesting
God says Ask it will be given to you, God will answer our every request in accordance with His time. Our time is not God’s time. Because our design is not God’s design. Isaiah 55: 8 For my design p is not rancanganmu 1 , and your ways are not my ways, q says the Lord.
Ecclesiastes 3: 11 He has made everything beautiful in its time, m He has also set eternity in their hearts first . But man can not see through n work that God has done from beginning to end. o

God promised His Word to become flesh in our lives. We wait for the fulfillment of God’s Promise. This level of focus on oneself is the level of a spiritual baby.

Search Levels
This level has a desire to seek God and please God. For the choir leader. Songs of teaching the sons of Korah 1 . (42-2) As the deer i who longs for flowing streams, j so my soul longs k you, O God. (Psalm 42: 1)

The levels here are God’s children who still don’t want to pay the price, are still easily swayed by the waves of life, living with their own thoughts and logic. Still relying on his own strength.

Knocking Level
Knock then the door will be opened. We must dare to pay the price to love God. This level has dared to live by faith. To be able to live at this level we must have a servant’s attitude (Hineni). The key is to surrender every problem of our lives to God. Faith is the basis of everything we do not see.

Trust in God, life believes in absolute God. At this level there are many challenges, if we want to experience God’s miracles, we must have the courage to experience challenges and problems. We will walk from glory to glory.
Leap Wall Levels
18:29(18-30) For with thee a I dare to face the mob, and by my God I dared to jump over a wall. 6:30 p.m.(18-31) As for God, His path is perfect; b God’s promise is pure; c he is a buckler d for all those who take refuge e on him. (Psalm 18: 29-30)

God wants His children to enter the Levels to jump over walls, all walls of customs, self-righteousness, distrust, fear, impossibility, shame of pride. We must dare to let go of all the walls and jump over our walls.

David’s generation is the generation that has intimacy, doing battle. The Solomon generation is a generation that experiences abundance and wealth. If the Generation of Solomon was not accompanied by the Generation of David it would end in destruction.

Problems will come and abundance will accompany us. We will leap over the wall of our problems with God.

Testimony: We dancers need a practice site to dance for an ark event in Semarang. God asked me how spacious the room or building will be used for dancing practice. The Holy Spirit asks whether it is large enough with 3 badminton courts. So I rented a badminton court to practice dancing. God provides funds. God wants us to believe, naturally live with God. Amen

Journalist: Joshua Ivan Sudrajat S
http://joshuaivanministries.blogspot.com/2016/06/3-tingkatan-anak-tuhan.html?m=1

JADILAH ORANG BENAR DI HADAPAN TUHAN

page_1_thumb_large

Dalam artikel sebelumnya, kita membahas bagaimana doa yang dijawab Tuhan? Jawabannya ada di dalam Firman Tuhan yaitu “…. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16b). Tuhan mendengar doa orang benar. Bagaimana kita dapat menjadi orang benar? Kita dapat belajar dari seorang tokoh Alkitab yaitu Elia. Elia adalah seorang nabi Tuhan yang sangat namun pada saat dia berdoa, doa-doa yang ia naikkan Tuhan jawab. Dikatakan dalam Yakobus 5:17 “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.” Elia adalah seorang yang dikenan Tuhan sehingga doa-doanya dijawab Tuhan.

Apa point-point selanjutnya yang dapat kita pelajari dari seorang Elia, yang doanya dijawab Tuhan?
3. Elia mengambil 12 batu dan mengumpulkannya.
“Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: “Datanglah dekat kepadaku!” Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. –Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: “Engkau akan bernama Israel.” (1 Raja-Raja 18:30-31)

Ini berbicara tentang unity dan naik ke level berikutnya.
Unity : Seseorang dapat dikatakan unity adalah orang yang memiliki kerendahan hati dan ketaatan. Tidak bersaing, tidak ada yang lebih hebat ataupun tidak hebat, kita semua sama di hadapan Tuhan. Tuhan Yesuslah yang hebat.

Next Level : Tuhan memberikan kepada kita visi yang lebih lagi ke depannya. Visi kita diperluas, diberikan pengurapan dan strategi yang lebih lagi. Pengurapan yang Tuhan berikan kepada kita itu untuk melakukan visi yang diperluas itu. Pengurapan inilah yang akan membuat kita dapat mengerjakan apa yang Tuhan mau.

Karena itulah kita harus menjaga perkataan, hati dan pikiran serta respon kita agar kita dapat menerima pengurapan Tuhan lebih lagi.

4. Elia mempersembahkan air.
Pada waktu kisah dalam Kitab Raja-Raja ini ditulis, bangsa Israel berada dalam masa kekeringan yang amat sangat karena selama tiga setengah tahun tidak turun hujan. Air menjadi kebutuhan yang sangat langka waktu itu. Untuk menunjukkan kesungguhan Elia dalam mencari Tuhan, ia mempersembahkan air di parit sekeliling mezbah sebanyak 12 buyung (1 Raja-Raja 18:34-35). Bagi orang kebanyakan, air sebanyak itu sangat disayangkan untuk dituangkan di atas korban bakaran dan kayu api di atas mezbah. Bayangkan, mezbah yang telah basah dengan air bagaimana dapat terbakar dengan api? Namun, Elia mengerti benar bagaimana cara mempersembahkan korban di hadapan Tuhan. Air yang dianggap sebagai kebutuhan yang sangat berharga pada masa itu dipersembahkan kepada Tuhan yang sanggup melakukan perkara-perkara mustahil. Api yang menyambar korban bakaran, kayu api hingga air di mezbah yang didirikan oleh Elia menggambarkan doa yang berkenan di hadapan Tuhan sehingga Dia menunjukkan kemuliaan-Nya. Elia menuai apa yang ia tabur. Apa yang menurut kita paling berharga dalam hidup ini, persembahkanlah itu kepada Tuhan! Mari persembahkan kepada Tuhan apa yang mahal bagi kita! Harga diri kita atau kemuliaan Tuhan? Dosa merupakan hal yang mahal juga, karena kadangkala kita lebih nyaman dalam melakukan dosa-dosa kita daripada taat kepada perintah Tuhan. Air ini juga berbicara tentang bagaimana ketaatan kita kepada Tuhan.

5. Elia berdoa kepada Tuhan.
Elia tidak berjalan jika Tuhan tidak memberikan perintah untuk berjalan, Elia mentaati apa yang Tuhan katakan bukan berjalan atas kehendaknya sendiri. Seringkali kita berjalan atas keinginan kita sendiri, tanpa mau sabar menunggu jawaban Tuhan. Tidak jarang kita tidak setuju dengan jawaban Tuhan, merasa bahwa jawaban Tuhan tidak sesuai dengan kemauan hati kita dan kita tidak mau menerima jawaban Tuhan itu. Mari kita belajar untuk berjalan di dalam tuntunan Tuhan. Memang tidak mudah berjalan di dalam tuntunan Tuhan tapi percayalah Tuhan tidak pernah memberikan kepada kita segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kapasitas kita, Roh Kudus akan memberikan kita hikmat dan kemampuan.

Kita hidup di dalam zaman yang semakin berat dan penuh dengan tantangan, karena itu kita sangat memerlukan visi dari Tuhan dan tuntunan Roh Kudus. Dalam hidup ini, Tuhan tidak menjanjikan tidak akan ada masalah dalam hidup kita melainkan Tuhan menjanjikan akan memberikan kekuatan dan jalan keluar kepada setiap permasalahan kita, asalkan kita tetap bersandar kepada-Nya. Tuhan Yesus Memberkati.

Healing Quote :

Jadilah orang benar dan dikenan Tuhan maka Ia akan menjawab setiap doa-doa kita.

“Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat” (I Petrus 3:12).

TeamPortal (SP)

http://www.hmministry.com/2012/10/2743/JADILAH_ORANG_BENAR_DI_HADAPAN_TUHAN.GBI

Datang Rohkudus

Lyrics: Datang Roh …
Sidney Mohede

Datang Roh kudus Kau kurindu
Dengan minyak yang baru urapiku
Mengalir penuhiku
Mengalir pulihkanku
Urapanmu mengubah hidupku

Datang Roh kudus Kau kurindu
Dengan minyak yang baru urapiku
Mengalir penuhiku
Mengalir pulihkanku
Urapanmu mengubah hidupku

Satu yang kurindu
Bersekutu dengan Mu
Bawa ku lebih lagi
Tinggal didalam Mu
Nikmati hadiratMu
Jamahlah sluruh hidupku
UrapanMu mengubah hidupku

– English Version –
Come holy spirit fall on me now
I need your anointing come in your p’wer
I love you holy spirit
You’re captivating my soul
And every day I grow to love you more

I’m reaching for your heart
You hold my life in your hands
Drawing me closer to you
I fell your power renewed
Nothing compares to this place
Where I can see you face to face
I worship you
In spirit and in truth

Satu yang kurindu
Bersekutu dengan Mu
Bawa ku lebih lagi
Tinggal didalam Mu
Nikmati hadiratMu
Jamahlah sluruh hidupku
UrapanMu mengubah hidupku …
UrapanMu mengubah hidupku …

IN PLEASANT PLACES: WEALTH & RICHES

Mazmur 112:2
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
Psalm 112:2 New International Version (NIV)
2 Their children will be mighty in the land;
the generation of the upright will be blessed.

Psalm 112:2-3 says, “…The generation of the upright will be blessed. Wealth and riches will be in his house…”

gold-1369453_1920-1024x576

IN PLEASANT PLACES: WEALTH & RICHES

O Lord, You are the portion of my inheritance and my cup; You maintain my lot. The lines have fallen to me in pleasant places; yes, I have a good inheritance. Psalm 16:5-6

REFERENCE

Psalm 16:1-6

According to our text, the Lord is the portion of our inheritance, and He has made the lines to fall for us in pleasant places; i.e. He has allotted to each of us all that we need to live well on earth. ‘Wealth and riches’ are part of the blessings that fell into our portion, as allotted to us by the Master Planners’ pen.

Psalm 112:2-3 says, “…The generation of the upright will be blessed. Wealth and riches will be in his house…” Yes, as believers, ‘wealth and riches’ are our covenant right because God delights in our prosperity. Just like rich earthly parents go ahead to plan for the welfare of their children, by making provision for their needs, so has God gone ahead to make provision for us, so we can be richly furnished – living in abundance. There is no lack in God’s economy; His signature is to work in abundance – He gives over and beyond to the person who is in, and walks in, covenant with Him, e.g. Abraham (Genesis 12:1-2).

No child whose parents are rich and responsible comes into the world thinking, “What will I eat today? How will my needs be met?” He/she can’t be bothered with such things because they know their parents will provide for them. For instance, no Prince, a son of the Queen of England will ever be bothered with having his needs met, neither will he ever beg for bread because wealth and riches have already been laid up for him. Likewise, as the covenant child of Jehovah El Shaddai, you shouldn’t live in lack or in anxiety on how to meet your needs because God’s will for you is prosperity!

You may say, “If it is God’s will for me to have wealth and riches, why am I still barely getting by and still struggling with lack?” You must realize that your experiences cannot negate the Word of God; His Word reveals that He has already given you everything that pertains to life and godliness and you must believe what His word says more than what your circumstances currently present. Poverty and lack came into the world as a result of the curse; but Jesus redeemed you from the curse of the Law so you can live in abundance (Galatians 3:13).

Begin to seek God for wisdom in the area of your finances. Change the way you think about wealth, don’t make it an end in itself, rest in God and commit your life to Him. Let Him know He is your ‘only’ source and ask Him to bless the works of your hands. As you trust and rest in Him; He will lead you to the right people in the right place and at the right time. He will ensure that He supplies your ‘need’ according to His riches in glory by Christ Jesus. Don’t despair; look at His care for the birds.

IN PLEASANT PLACES: WEALTH & RICHES

 

Extreme Weather

 

 

Key Thought

Markus 3:20-22 (TB) Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat.Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.

 Heartlight
What Jesus Did! ‘Our Crazy Brother’ — Mark 3:20-21

7851.jpg

Then Jesus went home. But again many people gathered there. There were so many people that Jesus and his followers could not eat. Jesus’ family heard about all these things. They went to get him because people said that Jesus was crazy.— Mark 3:20-21 NLT

Key Thought
Sometimes those most difficult people for us to reach with the grace of Jesus can be found in our own families. Fortunately we are not alone in that challenge. The early Christians found themselves in difficult family situations and so there are some very clear things taught about how to handle these kinds of situations. Most comforting of all, however, is the realization that Jesus spent much of his ministry being misunderstood by his own family, many of whom would not believe in him until after his death and resurrection. Let’s not be discouraged; instead, let’s go to the Lord and ask him to lead us and show us how to minister, serve, and respect those around us so that we can reach them with God’s grace.

Beribadah kepada Allah Setiap Waktu

Markus 2:25-26 (TB) Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu — yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam — dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?”

Tanggal: Kamis, 18 Januari 2018
Ayat SH: Markus 2:23-28

Judul: Beribadah kepada Allah Setiap Waktu

70375993_2362387683814244_8810060985999032320_nUntuk apa seseorang mempraktikkan ajaran agama? Jawabannya adalah untuk mewujudkan kehendak Allah dalam hidupnya. Hal itu bukan untuk meninggikan diri atau pun merendahkan orang lain. Sebab tujuan utamanya adalah untuk menyatakan kebaikan bersama dalam kasih karunia-Nya. Bagi kaum Farisi, mereka hanya mengutamakan berbagai aturan dalam hukum Taurat.

Bagi orang Yahudi, tidak ada hari yang lebih penting daripada hari Sabat. Sabat menjadi hari istimewa dan mendapat perhatian yang khusus karena merupakan salah satu dari sepuluh perintah Allah. Dalam hukum tersebut dijabarkan berbagai aturan secara detail. Misalnya, tidak boleh melakukan gerak tubuh atau kegiatan tertentu, menentukan berapa langkah bagi seseorang boleh berjalan, mengatur tindakan apa saja yang boleh maupun tidak dilakukan oleh seseorang pada hari Sabat, dan lain sebagainya. Dengan pemahaman tersebut tidak heran jika orang Farisi menegur Yesus karena murid-muridNya berjalan di ladang dan memetik bulir gandum pada hari Sabat. Sebab hal itu merupakan sesuatu yang tabu untuk dilakukan pada hari itu (24).

Pada hari Sabat, orang Yahudi beristirahat dan berhenti bekerja. Yesus menjawab teguran mereka dengan mengutip kisah Daud yang mengambil roti sajian dan diberikannya kepada rakyat saat terjadi kelaparan (26). Kutipan Yesus memperlihatkan satu kebenaran bahwa perayaan hari Sabat dilakukan untuk kepentingan manusia agar mereka tidak diperbudak oleh pekerjaannya. Manusia mengenang pemeliharaan Allah dalam kehidupan mereka yang telah menjadikan segala sesuatu baik menurut kehendak-Nya (27). Dengan demikian, hari Sabat hanyalah suatu wadah atau alat semata.

Pada dasarnya semua hari adalah ciptaan Tuhan. Sama baik dan kudusnya jika kita menggunakan setiap hari untuk memuliakan Allah dan mewujudkan kebaikan-Nya bagi sesama. Meskipun demikian, ada baiknya juga apabila dalam seminggu ada satu hari yang kita khususkan untuk hening (solitude) agar dapat mencari wajah-Nya dan menerima kehendak-Nya. [JS]

e-SH versi web:http://www.sabda.org/publikasi/sh/2018/01/18/