Tempat Kediaman ALLAH
Pdt. Dr. Benny Santoso, Ph.D. | PA Jumat, 19 April 1996
Disadur oleh Yuyu | Tanggal Terbit : Minggu, 16/10/05
Lihat Video Streaming : Versi Hi | Versi Low
Dengar Audio Streaming
Apakah yang dimaksudkan dengan pernyataan Paulus, bahwa dia diangkat ke Sorga tingkat ketiga? Dalam bahasa Inggris, heaven dapat berarti langit. Sorga atau langit yang pertama adalah lingkup atmosfir. Pada tingkatan berikutnya, yaitu alam semesta di luar atmosfir, lingkungan yang tidak lagi dipengaruhi gaya berat, disebut langit atau Sorga tingkat kedua. Namun yang belum, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh pesawat luar angkasa yang paling canggih atau oleh UFO sekalipun, adalah Sorga tingkat ketiga, yang meliputi Firdaus dan Takhta ALLAH.
Betapa pun kudusnya manusia, dia tetap perlu dikuduskan untuk menghampiri takhta ALLAH. Bara api yang berasal dari mezbah ukupan menguduskan mulut dan bibir nabi Yesaya. Tanpa dikuduskan terlebih dahulu dengan api pencucian, tidak seorang pun layak menghadap ALLAH di Ruangan Maha Suci.
Tidak semua orang meyakini, bahwa TUHAN itu ada. Namun sebagai orang beriman, kita sungguh-sungguh percaya, bahwa ALLLAH itu ada; kita juga percaya setan itu ada. Terdapat dua kutub dalam dunia kita. Ada panas-dingin, gelap-terang, TUHAN-iblis, Sorga-neraka. Bagi orang yang beriman dan hidup takut akan TUHAN, tersedia Sorga. Sedangkan neraka disediakan bagi orang yang menolak kasih sayang TUHAN. Karena itu penting bagi kita untuk mempelajari seperti apakah “rumah masa depan” orang-orang beriman.
Bila kita telah mengetahui seluk beluk Sorga, kita akan memandang kehidupan dengan kaca mata yang berbeda. Kita tidak menjadi orang yang putus asa dan mengatakan “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!” Hidup orang beriman jauh lebih bernilai dari pada kesenangan duniawi dan keinginan mencari uang sebanyak-banyaknya, sebab kita memiliki tujuan akhir: Sorga. Pengharapan yang dinanti-nantikan orang beriman adalah suatu hari kelak akan tinggal bersama TUHAN di dalam Sorga.
MAZMUR 11 : 4
4 TUHAN ada di dalam bait-NYA yang kudus; TUHAN, takhta-NYA di Sorga; mata-NYA mengamat-amati, sorot mata-NYA menguji anak-anak manusia.
Bagaimana Daud mengetahui bahwa takhta ALLAH ada di Sorga, padahal dia belum ke sana? Oleh ilham ROH yang membukakan mata rohaninya, Daud dapat menggambarkan dalam mazmurnya tentang Sorga. Tanpa perlu naik ke Sorga, tapi dengan wahyu dari ALLAH, Daud mengetahui bahwa Sorga adalah takhta ALLAH.
WAHYU 4 : 1 – 2
1 Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di Sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan AKU akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. 2 Segera aku dikuasai oleh ROH dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di Sorga, dan di takhta itu duduk SEORANG.
Di pulau Patmos yang terpencil, Yohanes tidak hanya menerima wahyu seperti yang dialami oleh Daud. Yohanes mendapat pengalaman yang lebih mendalam dibandingkan Daud. Dia melihat Sorga terbuka, dan suara yang dikenalnya memanggilnya untuk naik ke Sorga. Suara yang telah dikenalnya itu adalah suara TUHAN YESUS, Sang Gembala Agung. Dengan kuasa ROH, Yohanes diangkat naik ke Sorga.
Pada saat saya merasa tubuh saya lemah karena saat itu saya sering sakit, pikiran saya menerawang, berapa tahun lagi saya bertahan di dalam dunia ini? Saya merasa tinggal beberapa tahun lagi usia saya dan saya akan pergi ke rumah BAPA. Di dalam doa, saya bertanya kepada TUHAN, seperti apakah “rumah masa depan” saya? Doa saya dijawab oleh TUHAN yang mengangkat saya untuk menyaksikan panorama Sorga. Pengalaman luar biasa itu membawa damai sejahtera dan membuang jauh-jauh rasa takut yang sebelumnya saya rasakan.
Seperti itulah yang dirasakan oleh anak TUHAN bila memiliki kemantapan hati dan pengharapan, bahwa Sorga itu disediakan bagi kita. Pandangan kita akan lebih jauh ke depan, pada kehidupan kekal setelah kehidupan di dunia. Kita tidak lagi berpaut pada pengharapan di dunia saja, untuk dicukupkan dalam ekonomi atau disembuhkan dari berbagai penyakit.
2 KORINTUS 12 : 1 – 2
1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari TUHAN. 2 Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, ALLAH yang mengetahuinya- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga.
Apakah yang dimaksudkan dengan pernyataan Paulus, bahwa dia diangkat ke Sorga tingkat ketiga? Dalam bahasa Inggris, heaven dapat berarti langit. Sorga atau langit yang pertama adalah lingkup atmosfir. Pada tingkatan berikutnya, yaitu alam semesta di luar atmosfir, lingkungan yang tidak lagi dipengaruhi gaya berat, disebut langit atau Sorga tingkat kedua. Namun yang belum, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh pesawat luar angkasa yang paling canggih atau oleh UFO sekalipun, adalah Sorga tingkat ketiga, yang meliputi Firdaus dan Takhta ALLAH.
Ke tempat inilah Paulus diangkat oleh TUHAN, tempat yang tidak dapat dijangkau dengan cara apa pun, kecuali TUHAN yang membawa kita ke sana. Dengan kuasa-NYA, hanya dibutuhkan waktu sekejap mata untuk sampai di Sorga. Sorga tingkat ketiga tidak dapat dimasuki manusia, bila TUHAN tidak mengizinkannya. Dengan kata lain, tanpa kasih karunia ALLAH yang diberikan-NYA secara cuma-cuma, kita tidak akan mungkin memasuki Kerajaan Sorga.
LUKAS 23 : 43
43 Kata YESUS kepadanya: “AKU berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan AKU di dalam Firdaus.”
Pencuri yang disalibkan di sisi YESUS mengakui bahwa dirinya adalah seorang berdosa dan beriman kepada YESUS, maka dia mendapatkan perhentian di dalam Firdaus. Firdaus di mana pencuri yang telah bertobat ini berada, termasuk dalam wilayah kerajaan Sorga.
Untuk menggambarkan wilayah Kerajaan Sorga dapat digambarkan melalui wilayah negara RI yang meliputi kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Namun pusat pemerintahan RI berada di Jakarta dengan istana, dimana presiden berada. Tentunya tidak semua orang dapat memasuki istana. Seperti itulah digambarkan takhta ALLAH, tempat di mana ALLAH bersemayam. Orang beriman diizinkan masuk ke Firdaus yang termasuk dalam wilayah Kerajaan Sorga. Tetapi untuk menghadap Takhta ALLAH bukan hal yang mudah.
WAHYU 2 : 7
7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan ROH kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan KUberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus ALLAH.”
Di dalam susunan Tabernakel, Halaman yang menjadi tempat mempersembahkan korban bakaran dan juga dipakai untuk transaksi jual beli domba untuk korban merupakan gambaran dunia. Ruangan yang lebih dalam adalah Ruangan Suci. Berbeda dengan halaman yang suasananya hiruk pikuk, suasana di dalam Ruangan Suci terasa senyap, sebab bentuknya seperti kamar yang tertutup. Ruangan Suci ini menggambarkan Firdaus. Sedangkan Ruangan Maha Suci menggambarkan Takhta ALLAH yang hanya setahun sekali boleh dimasuki oleh Imam Besar.
Orang Kristen yang telah berada di Ruangan Suci, maka orang itu sudah hidup di dalam Firdaus yang digambarkan dengan hidup yang tenteram di dalam TUHAN. Hati kita tenang sebab kita diterangi oleh sinar yang bersumber dari Kaki Dian, yaitu ROH KUDUS. Orang yang memasuki Ruangan ini adalah orang yang telah menang mengatasi hawa nafsu. Di situlah kita diberi makan oleh TUHAN berupa roti sajian yang ada di atas meja roti sajian di dalam Ruangan Suci, yakni buah dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus ALLAH.
YESAYA 66 : 1 – 2
1 Beginilah Firman TUHAN: Langit adalah takhta-KU dan bumi adalah tumpuan kaki-KU; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-KU, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-KU? 2 Bukankah tangan-KU yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah Firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah AKU memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada Firman-KU.
Dari takhta-NYA yang tinggi dan tidak terjangkau oleh manusia, ALLAH yang Maha Kuasa dapat melihat keadaan setiap manusia. DIA mengetahui apa pun juga yang kita alami, baik kita tengah mengalami persoalan yang mendera kesehatan kita, atau persoalan ekonomi maupun masalah-masalah lainnya. ALLAH bukan sekedar mengetahui dan berpangku tangan melihat keadaan anak-anak-NYA. Malaikat-NYA diutus kepada setiap orang yang patah semangatnya dan yang gentar kepada Firman TUHAN untuk mengentaskan kita dari jurang persoalan yang dalam.
YESAYA 6 : 1 – 5
1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat TUHAN duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-NYA memenuhi Bait Suci. 2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-NYA, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. 3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-NYA!” 4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. 5 Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”
Nabi Yesaya melihat, namun dia tidak boleh memasuki Ruangan Maha Suci, tempat di mana ALLAH bertakhta. Ruangan Maha Suci tidak boleh dimasuki sembarang orang. Hanya Imam Besar yang setahun sekali diizinkan masuk ke ruangan itu. Yesaya hanya dapat melihat kekudusan dan kebesaran ALLAH dari Ruangan Suci.
Namun pada saat YESUS mati, tirai penyekat antara Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci terbelah menjadi dua. Ketika YESUS mengatakan “Sudah selesai!”, tirai yang tebalnya 4 cm itu terbelah miring dari atas ke bawah. Dengan terbelahnya tirai itu, maka Ruangan Maha Suci dapat terlihat dari Ruangan Suci. Sejak YESUS mati, kita dapat melihat ALLAH bertakhta di atas singgasana kebesaran dan kemuliaan-NYA.
Dari Ruangan Suci, nabi Yesaya melihat para Serafim yang berseru, “Kudus, kudus, kudus!” Para malaikat itu tidak menyerukan “Kuasa, kuasa, kuasa!” sebab karakter ALLAH yang paling menonjol adalah kekudusan-NYA. DIA adalah ALLAH yang kudus, oleh sebab itu DIA yang paling berkuasa. Karena DIA adalah ALLAH yang kudus, maka kekallah kuasa-NYA. Betapa pun manusia memiliki kekuasaan, namun kekuasaan yang dimilikinya tidaklah langgeng. Salah satu contoh adalah Napoleon. Karena tidak kudus, lenyaplah kekuasaannya yang ada di pundaknya. Hanya namanya yang menjadi kenangan di dalam kitab-kitab sejarah.
Kendati telah ditahbiskan sebagai seorang nabi, namun Yesaya mengatakan, “Celakalah aku! Sebab aku ini seorang yang najis bibir!” Pada waktu bertemu dengan ALLAH, Yesaya melihat kesuciannya bagaikan kain yang kotor di hadapan ALLAH. Bila dibandingkan dengan orang lain, Yesaya boleh dianggap sebagai nabi yang suci, tetapi predikat itu seketika luntur tatkala bertemu dengan ALLAH. Memang manusia dikuduskan oleh ALLAH, namun tidak ada seorang pun yang dapat menyamai kekudusan ALLAH.
YESAYA 6 : 6 – 7
6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. 7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”
Sebenarnya nabi Yesaya telah dikuduskan, sebab dia telah berada di Ruangan Suci. Betapa pun kudusnya manusia, untuk dapat menghadap ALLAH kita perlu dikuduskan lagi. Oleh karena itu, salah seorang Serafim itu mengambil bara api dengan memakai sepit untuk menguduskan mulut nabi Yesaya. Bara api yang diambil dari bara api ukupan ini menyempurnakan kita sebelum menghadap ALLAH di dalam Ruangan Maha Suci. Bara api inilah yang disebut dengan api pencucian.
Banyak orang yang salah mengartikan tentang api pencucian ini. Mereka beranggapan bahwa dengan api pencucian, seseorang yang tidak mau percaya kepada TUHAN dapat berpindah dari neraka menjadi penghuni Sorga. Api ini bukan diperuntukkan bagi orang yang tidak mau percaya kepada TUHAN YESUS KRISTUS. Namun api pencucian ini bagi seseorang yang beriman kepada-NYA. Di dalam menjalani hidup kita ini, berusahalah untuk hidup kudus di hadapan TUHAN. Namun TUHAN akan lebih menguduskan kita pada saat kita akan menghadap TUHAN lewat api pencucian. Di dalam 1 Korintus 3 : 10 – 13, rasul Paulus menjelaskan, bahwa kita akan diuji melewati api pada saat menghadap ALLAH kelak. Apakah kesucian kita itu dari emas, perak, batu permata, atau rumput, jerami dan kayu.
2 KORINTUS 5 :6 – 10
6 Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari TUHAN, 7 -sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat- 8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada TUHAN. 9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-NYA. 10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan KRISTUS, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
Sebagai seorang yang pernah diangkat naik ke Sorga, Paulus sama sekali tidak gentar menghadapi kematian. Bahkan dia berkata, bahwa dia terlebih suka beralih dari tubuh ini untuk menetap bersama dengan TUHAN di Sorga yang kekal. Demikian pulalah yang menjadi pengharapan setiap anak-anak TUHAN yang senantiasa menjaga imannya. Pada saatnya kelak, kita akan pulang ke rumah BAPA kita. Kita tidak gentar menghampiri takhta ALLAH.
Kita akan menghadap takhta pengadilan KRISTUS yang disebut BEMA. Pengadilan ini bukan untuk menentukan hukuman apa yang akan kita terima. Tetapi pengadilan ini adalah pengadilan yang menganugerahkan pahala bagi setiap orang beriman sesuai dengan perbuatannya selama dia hidup di dunia.
2 KORINTUS 5 : 1
1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, ALLAH telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Bila kemah kita di bumi ini dibongkar, artinya kita mengalami kematian jasmani, maka kita akan masuk ke dalam tempat kediaman yang abadi. Rumah yang bukan buatan tangan manusia, tetapi dibuat oleh ALLAH BAPA sendiri. Rumah masa depan kita itu adalah Sorga yang mulia. Adakah kita telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh BAPA untuk dapat berdiam bersama-NYA di Sorga? Karena itu kita harus memperjuangkan iman kita dengan sekuat tenaga, supaya kita dapat mengucapkan perkataan ini dengan mantap: “Suatu hari kelak, aku akan pulang ke rumah BAPAku.” Amin.