Wilbur Wright

Wilbur dan Orville adalah orang-orang genius yang dipakai oleh Tuhan.
Bishop Milton Wright menulis tentang anaknya Wilbur:

“Tidak seorangpun seperti dia .Secara intelektual dan ingatan.Dia cepat dan tekun.Dia boleh berkata dan menulis apa saja yang dikehendakinya.Dia bukan seorang yang suka banyak bicara.Kemarahannya susah untuk dibangkitkan.Dia menulis banyak.Dia dapat menyampaikan ucapan yang baik.Biarpun demikian,dia seorang yang rendah hati.”
Wilbur Wright,bersama adiknya merupakan pembuat sejarah dan legenda bagi penciptaan “kapal terbang yang pertama”.

Kapal terbang yang bersejarah ini merupakan “BUAH”daripada impian mereka.Selama hidupnya Wilbur menerima banyak pencapaian.Dia lahir 16 bulan April tahun 1867 di Millville,Indiana.Dia merupakan anak kepada pasangan hamba Tuhan Bishop Milton Wright dan Susan Chatherine Wright.Sewaktu muda kedua adik-beradik ini menjadikan kedua ibu bapa mereka pencetus idea dan ilham terhadap kemampuan mereka.Ayah daripada kedua adik beradik ini membawa pulang “buah tangan”berupa kapal terbang mainan saat pulang dari tugas pelayanan/perjalanannya di gereja.

Pembelajarannya di kolej terganggu tanpa penjagaan kerana ibunya jatuh sakit dan beberapa kesusahan.Namun,itu tidak menghalang dia untuk berjaya.

Saya percaya hampir semua orang mengenal mereka kecuali yang tidak tahu.Namun,saya amat tertarik membaca tentang kedua ibu bapa mereka.Sewaktu duduk merenungkan banyak tentang hamba-hamba Tuhan yang terdahulu.Saya berbicara kepada seseorang bahawa kebanyakan anak-anak para pendeta,pastors,hamba Tuhan ini diberi Tuhan pelbagai hikmat dan anugerah yang luar biasa.

Banyak daripada mereka yang mengubah dunia dengan pencapaian mereka.Itu satu hal yang nyata dalam temadun dan corak kehidupan yang lebih bermakna.Sewaktu berbicara dengan seorang teman Muslim,dia berkata,orang-orang Yahudi itu benar terkenal “genius”.Sewaktu Tuhan mulai memilih bangsa Israel sebagai umat pilihanNya.Dia memberi mereka pelbagai kemampuan yang menjadi kekaguman banyak orang,seperti Raja Salomo.Namun,saat ini lewat Yesus kita bangsa-bangsa lain berhak/layak menjadi orang-orang pilihan dan menjadi Israel rohani.Anda juga mampu menjadi orang-orang yang genius jika menerima karya pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai penebus anda dan membeli anda daripada tangan pemerintahan kuasa kegelapan untuk masuk dalam rencanaNya yang “INDAH”.Amen!

“Allah Tritunggal”

“Allah Tritunggal”

TL (1954) SABDAweb~ Hos 4:6 :Bahwa umat-Ku dibinasakan sebab mereka itu tiada berpengetahuan, ….

Saya mencoretkan pengalaman peribadi untuk renungan anda yang mungkin agak bingung dengan konsep “Allah Tritunggal”yang menjadi doktrin asas agama Kristen yang saya anuti.Saya lahir bukan dari keluarga Kristen yang beraliran Kharismatik atau Pentakosta.Walaupun,tulisan saya cenderung membawa anda kepada doktrin seperti itu.

Bagi saya di gereja manapun kita berbakti Tuhan itu tetap sama.Apa yang harus kita pegang ialah dasar iman yang kokoh dan memperoleh pengetahuan yang BENAR tentang konsep Tuhan yang kita sembah.

Saya seperti Rasul Paulus tidak automatik disembuhkan dari kebutaan dan saya kebutaan rohani kerana kurang pengetahuan tentang apa yang harus saya imani.Saya lebih banyak belajar pelajaran/ilmu ilmiah duniawi dan jarang sekali membaca firman Tuhan.

Saya juga belajar tentang agama Islam dan selalu mendapat markah tinggi untuk pelajaran tersebut.Namun,saya tahu Iman Kristen saya benar dan tidak pernah berminat dengan iman yang lain.Selepas dibaptis air saya melalui kehidupan seperti biasa.Tapi masih banyak persoalan dalam diri saya.Allah,Yesus dan Roh Kudus.(Allah Tritunggal).Saya kurang memahaminya walaupun saya percaya Yesus itu Tuhan yang telah mati bagi menebus dosa-dosa saya.Saya ingat Yesus itu Tuhan dan Allah ada satu lagi.Hah,bingung!Tapi saya tahu Allah itu bukan Tiga tapi SATU.

Ada sebuah buku kecil yang menjawab persoalan saya.Ia memberi saya Ilustrasi yang tepat .Ada sebuah botol Shampu dan diluarnya ditulis “3 In One”,biarpun ada tiga campuran yang berbeda ia tetap SATU BOTOL SHAMPU.

Sewaktu sedang menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh seorang teman Muslim saya terkejut kerana bentuk ketidakfahamannya hampir sama dengan pemikiran saya sebelum betul-betul dijamah oleh Roh Kudus dan beroleh pengetahuan yang benar tentang Tuhan.Dia berkata,dia percaya Yesus itu Tuhan dan Juruselamat,tapi Allah is The Greatest.Lucu,saya katakan Allah/Tuhan itu sama aja .”Sometimes we use this word our God and sometimes our Lord.”Tak apa-apa,saya juga begitu bodoh sebelum kuasa Tuhan benar-benar menjamah kebutaan saya.

Yesus adalah Allah(Yohanes 1:1). Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Konsep Allah Tritunggal akan mudah anda fahami jika anda memahami konsep Manusia Tritunggal,yang terdiri daripada Tubuh,Jiwa dan Roh.Namun,hanya ada SATU manusia.

ALLAHTRITUNGGAL-ALLAH ITU SATU OKNUM YANG TERDIRI 3 KESATUAN ALLAH BAPA,ALLAH ANAK DAN ALLAH ROH KUDUS.

MANUSIA TRITUNGGAL-TUBUH,JIWA DAN ROH.

Biarpun iblis berusaha untuk membuat anda tidak konsentrasi tetapi tiada apa yang dapat menghalang Roh Kudus .Saya berdoa dalam nama Yesus iblis yang mengikat hati anda dipatahkan kekuasaannya.Roh kebutaan rohani,roh sakit hati,roh dendam,roh keangkuhan,roh kemalasan rohani,roh ketinggian hati dan roh-roh pertentangan dicabut dan diusir ke neraka di dalam nama Yesus.

Jika pada saat ini anda sebagai seorang Kristen yang menjalani kehidupan dengan bermalas-malas tidak ingin belajar firman Tuhan dan berdoa.Siapkan dirimu untuk dipulihkan/dimurnikan.
..tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.(Daniel 11:31-32)….diadakan pengujian,penyaringan dan pemurnian di antara mereka,sampai pada akhir zaman;…..sebab akhir zaman itu belum mencapai waktu yang telah ditetapkan.(Daniel 11:35).

Apabila anda membaca kitab Daniel anda akan membaca tentang penajisan Bait Allah.Tubuh kita merupakan Bait Allah.Namun,tidak sedikit anak Tuhan yang hidup tanpa kekudusan,gemar melayari laman-laman porno,melihat wanita telanjang dan sebagainya.Semua ini mencemarkan Bait Allah.Saat anda membiarkan iman anda diombang-ambingkan oleh sistem dunia ini anda akan mengikat jiwa anda dengan kenajisan dan menjadi juadah si jahat.

666 (antichrist) adalah satu tanda menterai iblis.Jangan menerima sebarang bentuk tanda iblis dengan turut serta dalam segala kegiatan cabul,penyembahan berhala,sihir dan sebagainya.Sewaktu Tuhan memulihkan saya,saya bergumul dengan pemikiran-pemikiran yang salah dan setelah doa pelepasan saya mulai memiliki fikiran yang murni.Anda boleh berkata,saya seorang yang agak keterlaluan rohaninya kerana tidak suka menonton TV.Roh Tuhan telah membebaskan saya dari keterikatan terhadap berhala Televisyen.

TB (1974) ©SABDAweb Why 2:14~Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan PERSEMBAHAN BERHALA dan berbuat zinah.

Sewaktu mata saya amat tertarik dengan persembahan-persembahan yang ditayangkan di kaca TV,Tuhan menyedarkan saya lewat ayat ini.Sungguh, setiap kali saya menonton tayangan apapun cerita itu akan berputar-putar di otak saya dan mengotori deria rohani saya.Apatahlagi cerita-cerita yang cenderung kepada hubungan-hubungan manusia yang rosak dan sebagainya.Akhirnya ,saya dimurnikan daripada keterikatan tersebut dan memilih bahan-bahan yang positif seperti firman Tuhan dan nyanyian-nyanyian rohani.

Kitab Wahyu sudah memberi kita satu persiapan sebagai gereja/pengantin Kristus yang sejati.Kita harus siap memberi diri dipulihkan sebelum kedatangan Yesus Kedua kali.Jangan menunda waktu kerana kita tidak tahu saat dan waktunya.Namun, yang pasti kita melihat tanda-tanda bahawa saatnya hampir tiba.Jangan melalaikan Keselamatan jiwa anda.Yesus Memberkati.Amen!~RibkaChrist

He Has Far Better Solutions To The Problems Of Life Than We Are Capable Of Devising

06 Sea of Galilee

SIAPAKAH YANG DAPAT MENGERTI CARA-CARANYA IA BEKERJA…Roma 11:33-36

Romans 11:33-36 (New International Version)~(NIV)Doxology 33 Oh, the depth of the riches of the wisdom and[a] knowledge of God!How unsearchable his judgments, and his paths beyond tracing out! 34 “Who has known the mind of the Lord?Or who has been his counselor?”[b]35 “Who has ever given to God, that God should repay them?”[c]36 For from him and through him and for him are all things.To him be the glory forever! Amen.

Romans 11:33-36

Who is like You, O Lord, among the gods? Who is like You, glorious in holiness, fearful in praises, doing wonders? —Exodus 15:11

One blustery day in June, our family, holidaying in the Canadian Rockies, went to a tourist site that was billed as a “must see.” The cold wind made me reluctant to go on until I saw a group of people returning from the scenic spot. “Is it worth it?” I asked. “Definitely!” was their response. That gave us the incentive to go on. When we finally reached the spot, its beauty rendered us virtually speechless. “Wow!” was all we could manage.

Paul reached that point as he wrote about the work of God in saving Jew and Gentile in the book of Romans. Three things about God “wowed” him.

First, God is ALL-WISE (11:33). His perfect plan of salvation shows that He has far better solutions to the problems of life than we are capable of devising.”

Second, God is all-knowing. His knowledge is infinite. He needs no counselor (v.34) and nothing surprises Him!

Third, God is all-sufficient (v.35). No one can give to God what He has not first given to them. Nor can anyone ever repay Him for His goodness.

We can say with Moses, “Who is like You, majestic in holiness, awesome in glorious deeds, doing wonders?” (Ex. 15:11 ESV). What a marvelous God we serve!  — C. P. Hia

By God’s grace I stand on tiptoe,Viewing all His wonders grand,Praising Him who freely gave me .Simple faith to understand! —Bosch

In God’s character and in His creation, we see His majesty

Do You Believe Me?

Apakah Engkau Mempercayaiku?— Kisah Yusuf dan Maria
Study By: Richard L. Strauss

Nazareth merupakan kota kecil yang indah terletak dalam lembah didataran subur Esdraelon. Kotanya terdiri dari beberapa rumah batu putih yang kecil, sebuah sinagoge dibangun dibukit tertinggi, dan sebuah pasar dijalan masuk desa. Saat era PB dimulai, populasinya lebih dari 1.000 orang, kebanyakan petani, tapi ada juga beberapa pengrajin yang tokonya bisa ditemukan dalam pasar—tukang pot, tukang anyam, tukang besi, dan tukang kayu. Peristiwa paling bersejarah dalam sejarah manusia melibatkan orang-orang yang berhubungan dengan toko kayu di Nazaret.

Tukang kayu itu sendiri, pria yang kuat bernama Yusuf, sedang bertunangan dengan gadis bernama Maria, mungkin masih remaja. Dia seorang gadis yang mendapat anugrah yang besar (“yang dikaruniai,” Luke 1:28). Dia juga orang berdosa seperti kita semua, dan dia mengakui ketidaklayakannya dan butuh keselamatan dari Tuhan (cf. Luke 1:47, 48). Tapi dia berespon secara antusias terhadap tawaran pengampunanNya dan setiap hari bertumbuh dalam anugrah. Dia dikaruniai Tuhan dengan sangat. Dan dia hidup dengan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Tuhan bersama dengan dia (Luke 1:28). Dia menikmati waktu-waktu persekutuan dengan Tuhan.

Selain pengenalannya yang dalam dengan Tuhan, tetap pertemuan dengan malaikan merupakan pengalaman yang mengejutkan, dan Gabriel berkata: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luke 1:30-33). Dia bertanya pada malaikat : “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luke 1:34). Dan Gabriel menjelaskan fenomena supranatural yang akan terjadi. “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luke 1:35). Itu suatu yang luar biasa, keajaiban yang tiada tanding dalam sejarah manusia, tapi itu hanya bisa terjadi melalui kuasa supernatural dari Tuhan, dan kehamilah Elizabeth yang ajaib dinyatakan dengan pemunculan malaikat. Sekarang keputusan ada pada Maria: keputusan untuk menolak kehendak Tuhan, atau menjadi pelayan yang menyerahkan diri sehingga melaluinya Tuhan bisa menjalankan rencanaNya. Dan keputusan ini berdasar atas kepercayaan. Seperti yang dinyatakan cerita, kita melihat kalau Maria percaya pada Tuhan.

“Betapa suatu kehormatan,” kata anda, “dipilih sebagai ibu dari Mesias. Bagaimana dia bisa menolaknya?” Tunggu sebentar. Anda mengatakan itu karena anda sudah tahu akhir ceritanya, tapi coba meletakan diri anda ditempat Maria. Apakah anda kira orang akan percaya kalau anak ini dikandung dari Roh Kudus? Tidakkah anda pikir orang bisa mengira Maria sedang menutupi petualangannya dengan seorang prajurit Roma? Tempat pemerintahan Roma hanya 4 mil keutara Nazaret di Sepphoris, dan prajurit Roma sering terlihat dijalan Nazaret. Apakah anda tidak berpikir kalau orang lain bisa mencurigai Maria dan Yusuf sudah berhubungan terlalu jauh dan tidak mentaati hukum Tuhan? Dan, apakah tidak ada kemungkinan kalau Maria akan dilempar batu sampai mati karena perzinahan?

Dan bagaimana dengan Yusuf? Dia tahu kalau dia tidak bertanggung jawab atas kondisi Maria. Apa yang harus dikatakannya? Apakah dia tetap mau menikahinya? Apakah Maria mau merelakannya jika dia melakukannya? Dan bagaimana dengan anak itu? Bukankah dia nantinya membawa stigma anak haram diseluruh hidupnya? Dalam waktu yang singkat dengan malaikat, semua mimpi Maria dimasa depan lewat dipikirannya, dan dia melihat semuanya hancur.

Sebuah pertanyaan dalam diri Maria: “Bisakah saya percaya Tuhan mengatasi setiap masalah yang saya hadapi jika saya menyerahkan diri kepada kehendakNya?” Maria telah menikmati kasih karunia Tuhan yang berlimpah. Dia telah menyatakannya dalam hubungan pribadinya dengan Tuhannya. Tapi sekarang Dia memintanya menghadapi pertanyaan terbesar dalam hidup sebagai orang percaya untuk berjalan dalam hubungan denganNya: “Maria, apakah engkau mempercayaiku?”

Maria seorang wanita yang perenung. Dua kali dikatakan dia menyimpan dan merenungkannya dalam hati (cf. Luke 2:19, 51). Tapi dia tidak butuh waktu lama untuk memutuskan hal ini. Dia langsung menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luke 1:38). Keputusan yang diambilnya adalah tunduk pada kehendak Tuhan dan mempercayakan semua akibat padaNya. Tunduk pada kehendak Tuhan hampir selalu berisiko. Tapi Tuhan berjanji akan mengerjakan semua hal untuk kebaikan, dan kita tidak ada pilihan lain selain percaya jika kita ingin menikmati kedamaian dan kuasaNya.

Keinginan untuk taat pada Tuhan dan percaya padaNya dengan semua akibatnya merupakan betu dasar pernikahan. Setiap pria yang mengabaikan istrinya dan berkumpul dengan temannya, mengejar gaya terbaru, atau memainkan akusisinya yang terbaru. Tapi Tuhan menghendaki suami Kristen untuk meletakan istri diatas semuanya kecuali Kristus dan mengasihinya seperti kasih Kristus pada gererja, mempercayakanNya untuk membuat konsekuansinya lebih memuaskan daripada hobi atau rekreasi apapun. Suasana hati wanita bisa terasa seharian, tapi Tuhan menginginkan istri Kristen untuk tunduk pada suaminya, percaya kalau Tuhan akan memperkaya pernikahannya dan memenuhi hidupnya melaluinya. Tuhan mungkin menanyakan hal yang sama seperti Maria: “Apakah engkau mempercayaiku?”

Percaya pada Tuhan hanyalah permulaan dari pernikahan yang baik. Harus ada kepercayaan diantara mereka, dan tidak ada pria yang diminta mempercayai gadis yang dinikahinya lebih daripada pria dalam kisah ini. Kita kemudian melihat, kepercayaan Yusuf pada Maria. Urutannya disini tidak jelas. Apakah Yusuf sudah tahu atau tidak kehamilan Maria sebelum Maria pergi ke Elizabeth diYudea, tidak terlalu jelas. Tapi setelah Maria kembali 3 bulan kemudia, rahasia ini tidak bisa disembunyikan lagi (cf. Luke 1:56 and Matt. 1:18). Apakah Maria mengatakan pada Yusuf tentang kehamilan ajaib ini? Apakah Yusuf sulit mempercayai cerita Maria walau dia mengasihinya ? atau apakah dia sudah menerimanya? Apakah keputusannya untuk memutuskan pertunangan karena meragukan perkataan Maria, atau apakah karena dia melihat dirinya tidak layak menikahi ibu dari Mesias, atau apakah karena dia pikir Maria harus membesarkan anak dalam Bait? Motivasinya tidak pasti.

Tapi ada satu hal yang pasti. Ada konflik yang berkecamuk dalam jiwa Yusuf, apakah dia mempercayai cerita Maria atau tidak, orang lain dipastikan tidak percaya, dan dia akan hidup dengan gossip tentang istrinya yang tidak setia seumur hidup. Tapi Yusuf pria yang ada dalam Tuhan dan murah hati. Apapun yang diputuskannya akan mencerminkan hikmat dari Tuhan dan pertimbangan atas diri Maria. Dan walau hatinya pecah, dia diam-diam ingin memutuskan hubungan dan menghindarkan Maria dari dipermalukan masyarakat (Matt. 1:19). Setidaknya dia terbuka terhadap arahan Tuhan, dan saat malaikan muncul dia masih sedang memikirkan arah tindakannya, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matt. 1:20, 21). Ingat malaikat ini lain dari yang muncul didepan Maria, muncul dalam mimpi. Apakah itu suatu mimpi yang didapat dari harapan atau itu benar-benar pesan dari Tuhan? Bagi kita jelas pesan dari Tuhan, karena Alkitab mengatakan itu. Tapi Yusuf tidak mengetahui hal itu. Pertama kali mungkin dia meragukannya. Tapi kepastian yang berkembang mulai menyadarkan dirinya dan kepercayaan memperkukuh pencarian jiwanya. Masalahnya selesai—tidak penting apa kata lidah; Yusuf percaya! “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Matt. 1:24, 25). Itu mungkin suatu tindakan percaya terbesar antara pria dan wanita.

Kenyataannya memang, setiap pernikahan adalah hubungan saling percaya. Saat kita berdiri dialtar dan mendengar pasangan kita berjanji setia, kita percaya, Saat kita mendengar janji pasangan kita untuk mengasihi kita disaat baik maupun buruk sampai kematian memisahkan kita, kita percaya. Dan karena kita percaya, kita membuat janji yang sama sebagai balasannya dan menyerahkan diri kita untuk hubungan seumur hidup. Saling percaya merupakan batu dasar lainnya dalam pernikahan, dan itu harus bertumbuh dalam waktu.

Percaya berarti mampu menyatakan pada pasangan kita pemikiran dan perasaan kita terdalam, percaya mereka tidak akan berkhianat, percaya mereka akan mengasihi dan menerimanya, karena kejujuran kita. Percaya adalah perasaan tanpa marah atau iri hati saat kita melihat pasangan kita bicara dengan orang lain yang berlawanan jenis. Percaya berarti mempercayai pasangan kita saat mereka mengatakan dari mana atau saat mereka menjelaskan maksud dari perkataan mereka sebelumnya.

Percaya meletakan kita diatas belas kasihan suami atau istri. Itu benar-benar membuat kita rentan, dan kita bisa disakiti dalam keadaan ini! Saat kita benar-benar percaya pada seseorang dan kemudian mengetahui sudah dicurangi, itu membuat kita merasa bodoh dan dipermalukan. Tapi pilihan apa lagi yang kita miliki? Tanpa kepercayaan kita tidak punya hubungan. Jadi minta Tuhan anugrah untuk tetap saling percaya, dan kita percaya Tuhan akan menggunakan kepercayaan kita untuk membuat pasangan kita lebih bisa dipercaya jika diperlukan. Anda bisa lihat, tidak hanya Tuhan yang menanyakan itu, tapi juga pasangan kita, “Apakah engkau mempercayaiku?”

Malaikat Tuhan muncul dihadapan Yusuf dua kali lagi, dan pemunculan itu menunjukan elemen percaya dalam kisah kelahiran ini—Kepercayaan Maria terhadap Yusuf. Yusuf dan Maria telah menyelesaikan perjalanan keBetlehem, dan ujian melahirkan dikandang sekaran sudah sejarah. Hari kedelapan setelah kelahiran Yesus, mereka menyunatNya sesuai hukum. Empat puluh hari setelah kelahiranNya, Maria memberi korban penyucian diBait. Setelah itu kelihatannya mereka menetap di Betlehem, mungkin merencanakan rumah baru mereka. Beberapa waktu sebelum kedatangan orang majus dari Persia untuk menyembah raja yang baru lahir; dan mereka menemukannya dalam rumah, bukan dipalungan seperti kebanyakan cerita kelahiran Yesus dimainkan (Matt. 2:11).

Orang Majus berhenti diYeursalem dan untuk mencari dimana Mesias sudah dilahirkan, dan itu membuat Raja Herodes waspada akan potensi ancaman terhadap tahtanya. Atas kejadian itulah pesan dari malaikat Tuhan datang keYusuf dalam mimpi: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia” (Matt. 2:13). Walau saat itu masih malam, Yusuf mengumpulkan barang milik mereka, mengantar Maria dan Yesus pergi keMesir, dan menetap disana sampai kematian Herodes. Ini tidak ada artinya. Maria merupakan figure utama dalam kisah Natal, tapi Yusuf yang mendapat perintah Tuhan. Yusuf adalah kepala keluarga, dan dia diperintahkan untuk melindungi Yesus dari kemarahan Herodes. Maria mempercayai keputusannya.

Tolong, ini bukan liburan kedaerah selatan. Ini merupakan perjalanan sejauh 200 mil dengan kaki atau keledai, melewati gunung, belantara, dan padang dengan seorang bayi dibawa 2 tahun. Kebanyakan ibu bisa menerima ketidaknyamanan yang ada. Saya ragu apakah Maria benar-benar ingin pergi. Jika mereka pergi dari Betlehem, kenapa tidak keNazaret? Bukankah mereka aman disana? Tapi tidak ada indikasi dalam Alkitab kalau Maria meragukan keputusan Yusuf. Dan itu terjadi lagi. Setelah Herodes meninggal, malaikat bicara pada Yusuf diMesir: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” (Matt. 2:20). Sekali lagi, Yusuf langsung taat; dan sekali lagi, Maria percaya kalau Yusuf melakukan hal yang benar.

Seperti yang telah kita lihat dalam hidup Abraham dan Sarah, ketaatan istri berarti percaya Tuhan bekerja melalui suaminya melakukan apa yang terbaik baginya. Dan itu termasuk percaya pada keputusannya. Tapi itu tidak begitu sulit kalau istri mengetahui suaminya bertindak untuk kebaikannya dan mentaati arahan Tuhan, seperti Yusuf. Terlihat bahwa Yusuf ingin kembali keBetlehem, tapi takut karena mendengar anak Herodes memerintah menggantikannya. Sekali lagi Tuhan memberikannya arahan, dan dia kembali keNazaret dimana orangtua Maria tinggal (Matt. 2:22, 23). Yusuf membuat keputusannya selaras dengan kehendak Tuhan.

Para pria, kita tidak punya hak meminta istri kita untuk tunduk saat kita semaunya menyatakan pendapat sendiri, menyatakan keinginan egois kita, atau melakukan apa yang baik untuk kita sendiri. Tapi saat kita memiliki kejelasan arah dari Tuhan kalau itu terbaik untuk semua maka kita bisa membagikan semuanya pada istri kita, dan mereka akan tunduk tanpa keraguan. Kita memiliki tanggung jawab mengarahkan mereka kejalur yang Tuhan pilih, bukan kita. Kita harus belajar bertanya pada Tuhan tentang setiap keputusan kita, memberi waktu dalam doa meminta hikmatNya, mencari dalam FirmanNya, prinsip yang bisa membimbing kita, dan menanti kepastian kedamaianNya. Dan jika ada keraguan melakukan kehendak Tuhan, lebih memilih keinginan kita, Dia akan melindungi kita agar tidak membuat keputusan menyakitkan yang akan membawa ketidakbahagiaan dalam keluarga. Kalau itu terjadi maka istri akan dengan bebas mengikuti kepemimpinan kita dengan kepercayaan. Percaya bukan respon yang mudah dan otomatis. Itu butuh dikembangkan, terutama dengan mereka yang dilukai sangat dalam. Kita bisa menolong orang lain membangun kepercayaan yang kuat dalam kita melalui komitmen kita pada kehendak Tuhan. Saat mereka melihat kita berserah padaNya, mereka bisa mempercayai kita.
Mari kita bicara

1. Coba letakan diri anda ditempat Maria, menghadapi kehamilah ajaib dengan semua akibatnya. Apa yang anda rasakan?

2. Apakah dalam hidup anda sudah memberikan masa depan dan mimpi anda untuk digunakan sesukaNya? Apakah anda perlu meneguhkan kembali keputusan itu?

3. Apakah ada bagian dalam hidup anda yang tidak diserahkan pada Tuhan karena takut akan akibatnya? Maukah anda menyerahkan itu padaNya dan minta Dia menolong anda percaya padaNya?

4. Coba letakan diri anda ditempat Yusuf, menghadapi pernikahan dengan gadis yang mengandung bayi yang katanya dikandung oleh Roh Kudus. Apa perasaan anda?

5. Biasakah anda memikirkan bagian yang tidak saling percaya dalam hubungan anda dengan orang lain? Bagikan itu dengan mereka secara jujur,tapi baik. Apakah anda merasa bersalah menghianati kepercayaan pasangan anda? Apa yang bisa anda lakukan untuk meningkatkan saling percaya?

6. Bagi suami: apakah anda pernah merasa bersalah menyatakan pendapat sendiri dan berharap istri tunduk? Apakah anda sudah belajar bertanya pada Tuhan tentang semua keputusan anda?

7. Apakah anda membantu yang lain membangun kepercayaan yang lebih kuat terhadap anda melalui penyerahan yang lebih kuat pada kehendak Tuhan? Bagaimana anda meningkatkan hal itu?

Jangan Simpan Kekecewaan

Shalom all….
jenny mao kesaksian lagi nih… :ashamed0002:

beberapa hari yang lalu jeny kecewa banget sama pks jeny , masalahnya sepele sih benernya karena pks jeny tu ndk datang di acara penguburan saudara jeny :char16:

jenny kecewa tu sampai nangis2 (curhat)sama temen cel jeny, trus jeny berusaha karena kekecewaan itu membatalkan semua pelayanan yang jeny ambil.., 😥 😥 😦 😦
Sebenarnya Tuhan juga sudah banyak menegur jeny utk tidak mengeraskan hati, tapi jeny semakin bebal dan semakin memegang erat hati jeny yang penuh dengan kecewa ini.Dan semua teguran2 Tuhan tidak jeny lakukan, jeny tidak taat, jeny malah mengasihani diri sendiri dengan semua kekecewaan dan luka hati yang jeny pelihara terus dihati jeny. 😥 😥

sampai malamnya, jeny mimpi , didalam mimpi jeny, jeny dibawa sama Tuhan ke suatu tempat yang dimana tempat itu seperti gua2 tahanan, dan gua itu seperti kayak ruang yang disekat2 seperti penjara.

disitu jeny dalam keadaan seorg diri, dan dari atas ada iblis yang melempari jeny dengan berpuluh2 ribu binatang merayap, bentuknya hitam kayak kumbang,dan menggerogoti tubuh jeny, jeny teriak2 :”TUHAN….ampuni jeny…keluarin jeny dari tempat ini, jeny ga mao ditempat ini Tuhan , ampuni jeny, ampuni jeny”
dari atas goa itu dilempari lagi seperti cairan menjijikan yang berbentuk seperti ingus hitam lengket dan sangat amat menjijikkan

jeny dalam keadaan sangat ketakutan dan amat sangat putus asa!!dan jenny merasa tidak ada kesempatan kedua kalinya buat jeny bertobat dan keluar dari tempat tsb!!

dan jeny tau jeny berada dineraka saat itu!

sampai suatu saat akhirnya jeny terbangun, keringan dingin dan jantung jeny masih detak kenceng banget…rasanya ndk bisa hilang dari memory jeny bagaimana saat2 berada di gua neraka itu!! dan waktu bangun dari tidur rasanya bersyukur banget dan bersyukur banget .

sampai suatu ketika ada suara terdengar jelas banget “KEJARLAH KEKUDUSAN”jeny catat apa yang suara itu katakan.

Sampai akhirnya jeny cepat2 mengadakan pemberesan dihadapan Tuhan, jeny cabut setiap kuasa perkataan yang mendukakan hati Tuhan, jeny cabut semua akar kekecewaan , akar kepaitan, dan roh mengasihani diri sendiri jeny ikat jeny patahkan kuasanya dan jeny buang keluar dari jiwa dan hidup jeny saat itu, dan masih banyak lagi yang jeny doain setelah jeny bangun dari mimpi tsb.

Tadi pagi jeny telpon ke mama rohani jeny apa arti mimpi itu? apa bener itu mimpi dari Tuhan?
dan apakah ada ayat difirman Tuhan :”kejarlah kekudusan”?
Ternyata mama rohani jeny bilang ada!!! dan itu ada di IBRANI 12:14

“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”

Sampai disitu jeny nangis, Tuhan sayang banget ma jeny.., jeny tau dosa sekecil apapun Tuhan ndk berkenan, akar pahit pun Tuhan ndk berkenan, Tuhan kasih jeny warning .Tuhan ingin jeny bertobat dan meninggalkan hal2 yang merintangi .

Dah sampai disini jeny ingat kata2 mama rohani jeny:” jeny kalau Tuhan kasih firman ke kamu, coba jeny liat 1 ayat diatasnya dan 1 ayat dibawahnya, nanti kamu pasti tau apa yang menjadi mau Tuhan diayat tsb”

Jenny baca ayat semua dari IBRANI 12:13-15:
” dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”

Diayat yang ke 15 dikatakan “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”

Tuhan berbicara terus kepada jeny lewat Firman Tuhan ini …
kekecewaan yang jeny pendam, membuat jeny tidak berkenan dihadapan Tuhan:(
Sampai jeny dibawa keneraka dan merasakan bagaimanakah berada dineraka tempat yang sangat amat menjijikkan!!!dan tidak ada kesempatan utk keluar dari sana tidak ada kesempatan kedua lagi!!

Setelah bangun dari mimpi jeny cepet2 beresin semua dosa2 kekecewaan dan dosa2 yang membuat hati Tuhan terluka, jeny ndk mao ada dineraka karena dosa yang jeny lakukan, walaupun itu cuman kekecewaan tapi bagi Tuhan tetap dosa!!!

Lewat kesaksian ini , temen2 yang punya akar kekecewaan / kepaitan sama org , plz…jangan simpan kekecewaan itu, karena itu membuat kalian akan berada dineraka!! tempat yang paling menjijikkan!!!
buang rasa kecewa dan semua dosa yang meringtangi , KEJARLAH KEKUDUSAN!! tanpa kekudusan kita ndk akan bisa melihat Tuhan!!!

Ingat neraka itu benar2 ada!!!!

dan Tuhan dah berulangkali memperingatkan kepada kita ttg neraka!!!

Jenny berdoa buat kalian yang membaca kesaksian jeny, lewat kesaksian ini bisa menjadi berkat bagi kalian yang membacanya dan berbalik dari sikap hati yang salah.

Terimakasih Tuhan YESUS memberkati.

“Be Angry and Sin Not”

DRFT_WBTC(Efesus 4;26)~Jika kamu marah,janganlah kamu berdosa.Dan jangan terus marah sepanjang hari
Bible Teaching about Controlling(LOSING)Your Temper and Anger
Bible teaching about anger and controlling your temper: When you are angry, do you blow up, clam up? What guidance do the Scriptures give to control wrath?
Anger and loss of temper are problems that all people face at times. With some the problems are habitual. Is it always sinful to be angry? What does the Bible say about anger, wrath, blowing up, and clamming up? Should we vent our feelings to “get it out of our system”? Can we control our tempers? What guidance does God’s word give in overcoming the temptations of anger?
The purpose of this lesson is to study the Bible teaching about anger.

All of us have problems controlling our temper at times. Some of us have habitual problems.

Let us consider what the Bible says. Is all anger necessarily sinful? Can we control our tempers? What does Jesus offer to help up overcome the habit of losing our temper?

[I have been benefited in this study by counseling materials written by Jay Adams.]
I. The Relationship between Anger and Sin

What is the problem with anger? What is the danger?
A. Bible Examples of Acceptable Anger

Some people assume that Christians should never show signs of a temper. If a Christian raises his voice or becomes visibly upset, some people think or act as though he violated his duty as a Christian. Consider:
God is angry with sin.

Psalm 7:11 – Because He is a just God, God is angry with sinners every day. Surely God’s anger is not wrong. It is proper, for it is even based on His justice.

Many other passages show that God is angry when people commit sin. He will punish sinners in wrath. If God is infinitely righteous yet is often angry, why should we conclude that people are always wrong when they are angry?

[Romans 1:18; 2:5-9; 5:6-11; Ephesians 5:6; Colossians 3:6; John 3:36; etc.]
Moses was angry with sin.

The Bible says Moses was more meek than anyone else on earth (Num. 12:3), yet several times he acted and spoke in great anger.

Exodus 11:4-8 – Moses predicted that God would destroy the firstborn in all Egypt. Moses was acting as God’s spokesman, yet he spoke “in great anger” (v8).

Exodus 32:19-24 – While Moses was on Mt. Sinai receiving the law, Israel worshiped a golden calf. When he saw this, “Moses’ anger became hot” (v19), so much so that other people could see that he was angry (v22). He spoke and he punished the people in anger (cf. vv 25-29).

Numbers 16:15 – When Korah, Dathan, and Abiram led a rebellion against Moses’ leadership, “Moses was very angry.” He spoke in anger (vv 16ff), and even prayed to God in anger.
Jesus was angry with sin.

Mark 3:5 – When Jews condemned Jesus for healing on the sabbath, He looked on them in anger, being grieved at their hardness of heart. Jesus became angry and spoke in anger, even when teaching. Did He sin (Heb. 4:15)?
Other examples of acceptable anger

2 Corinthians 7:11 – In obedience to Paul’s inspired teaching (1 Cor. 5), Corinth had disciplined a fornicator. Paul praised them for their “indignation.” Note that a whole congregation acted in indignation, even disciplined a member in indignation, and were praised for doing so!

Ephesians 4:26 – Be angry, and do not sin. Can we obey this passage? If so, then it is possible to be angry without sinning.

Not everyone who is angry has automatically done wrong. Some anger is justified. But note that every case listed above involves being angry at sin. Sin ought to anger Christians, but we must control our response.

Take care lest you conclude that people have sinned, simply because they became angry. Not all anger is sinful.

[Psalms 119:53; Gen. 31:31; Psalm 2:12; Nehemiah 5:6,7; Mark 10:14 – ASV]
B. The Danger of Anger

James 1:19,20 – Be slow to wrath, because the wrath of man does not produce the righteousness of God. Again, not all anger is forbidden. It does not say to never be angry but to be slow to anger. The problem with anger is what it “produces” or leads to.

Proverbs 14:17 – A quick-tempered man acts foolishly. Not all anger is sinful, but we must take care lest we “fly off the handle,” lose control, and act wrongly. [Prov. 29:22]

Anger can cause us to sin in two different ways:
Anger can cause us to “blow up.”

Some psychologists encourage people to “vent” their anger. If husbands or wives become angry, they are supposed to say whatever they think, because it “gets it out of the system” or “releases tension.” They tell us to allow even little children to throw tantrums, scream, and call parents nasty names.

Proverbs 29:11,20

A fool vents all his feelings, but a wise man holds them back. Do you see a man hasty in his words? There is more hope for a fool than for him.

The problem with anger is that it may lead us to lose control of our conduct and lash out at others with foolish words or deeds that are intended to hurt others and may be regretted later. By contrast, a wise man will control himself, even when he is angry.

The Bible teaches that our words and deeds are controlled by our thoughts. We must learn to control our thoughts and emotions, because harboring sinful thoughts will lead to sinful conduct. [Prov. 4:23; Matt. 15:18ff]

Ephesians 4:31,32

Not all anger is sinful (v26), but we should put away anger that is associated with bitterness, clamor (“loud quarreling” – NKJV ftnt), evil speaking, and malice. It is the opposite of kindness, tenderheartedness, and forgiveness (v32).

Anger is sinful when it leads us to lose control so that, instead of being helpful to others, we become abusive, saying evil or hateful things intended to hurt them. Or we may simply not care about how we affect them. [Col. 3:8ff; 2 Cor. 12:20]

Genesis 4:4-8

Cain is an example. When God rejected Cain’s offering but accepted Abel’s, Cain became angry and killed Abel.

Cain’s anger was wrong, first because Abel had done nothing wrong. Anger at sin may be justified, but Cain was angry at someone who was righteous. Cain was the one who did wrong and was upset because God did not accept his conduct. Second, his anger was wrong because it led him to harm his brother.

[Prov. 19:11; Rom. 12:17-21′ Acts 7:54-60; 19:28; James 3:9-12; 1 Peter 3:9; Matt. 7:12]
Anger can cause us to “clam up.”

Ephesians 4:31,32 – Anger and wrath should be “put away” from us, along with bitterness and malice. But instead of putting away their anger, some people just put it inside: they let it build up bitterness and grudges. They may not say anything, but their hearts are full of malice and a desire to hurt others.

Ephesians 4:26 – Do not let the sun go down on your wrath. Instead of letting anger build up, we should get rid of it. One who “clams up” violates this part of the passage. He may not lash out to hurt others, but neither does he work constructively to eliminate the cause of his anger. He just lets it build up.

James 1:19 – Let every man be swift to hear, slow to speak, slow to wrath. Note that it says be slow to wrath and slow to speak, not “refuse” to speak.

Leviticus 19:17,18 – Hating our brother and holding a grudge against him in our heart violates the law of loving our neighbor as ourselves (which is also a New Testament law). To avoid this, rebuke him: talk to him about his wrong.

Some view clamming up as the only solution to blowing up. You don’t say or do anything harmful (at the time), but you hold bitterness in your heart, plotting harmful things to say and do! Both responses violate the pattern.

In fact clamming up is often what leads to blowing up! The pressure builds till finally we lash out with cruelty and malice. When we learn to deal with anger properly, we can avoid both clamming up and blowing up.

Note that both kinds of anger tend to become habit. We practice them so often that they become ingrained in our character and very difficult to overcome. This leads to our next point.

[Matt. 5:21-24; 1 Cor. 13:5]
II. Ability to Control Anger

Anger can be controlled. Jesus was angry at times and was tempted in all points like we are, but He did not sin (Heb. 4:15). He controlled His anger, and we can control ours. The examples of Moses and others who were angry without sinning show that anger can be controlled.
A. God Commands Us to Control Our Anger.
Many passages command this.

Ephesians 4:26 – Be angry and sin not.

Proverbs 29:11 – A fool vents his feelings, but a wise man holds them back. We should not clam up, refusing to say what needs to be said, but we should control our anger: hold it back.

Proverbs 16:32; 25:28 – He who is slow to anger and rules his spirit is better than one who captures a city. You can restrain your spirit, and God commands you to do so.

Many other passages refer to this as “self control,” an essential characteristic of Christians. Every passage that commands self control is a passage that tells us we can and should control our tempers (1 Corinthians 9:25-27; 2 Peter 1:5-8; Galatians 5:22,23).

[Gal. 5:20,23; 2 Tim. 1:7; Psalm 37:8; Prov. 14:29]
We can accomplish whatever God commands us to do.

God does not command the impossible.

1 Corinthians 10:13 – We do not face any temptation that is beyond our ability to handle, including the temptation to lose our temper. God will make a way of escape.

There is never an excuse for disobeying God. To say we cannot control our temper is to say God is not faithful. What we need to do is to look for the way of escape.

There is no excuse for failing to control our temper. God requires it and will judge us for it.

[Philippians 4:13; Psalm 37:5; Eph. 6:10-18; 3:20,21; 2 Cor. 9:8; Josh. 1:5-9.]
B. Experience Shows We Can Control Our Temper.

All of us do control our tempers, when it is important enough to do so.

Consider a mother who has a terrible day. The washer leaks on the floor, kids fight, supper burns, she breaks her favorite bowl, kids track mud on her clean floor. So she explodes, screams at the kids and threatens them. Then the phone rings and it’s her husband’s boss. Suddenly she is quite capable of carrying on a polite conversation.

Dad works on the car. The dealer gives him a wrong part, it won’t go together right, then it won’t run, and a wrench slips and splits his knuckle. He’s screaming and using profanity. Then a car pulls in the driveway; it’s the preacher’s wife come for a visit. Suddenly he is calm and polite.

We can control our anger, when we really want to. If we can control our temper for the sake of other people, why not do it for God? God sees everything we do. Is God important enough to control our anger for?
III. Bible Principles to Help You Control Your Anger
A. Study the Scriptures and Develop a Plan.

Psalms 119:105 – Your word is a lamp to my feet and a light to my path. Surely God’s word will instruct us how to overcome anger.

Matthew 4:1-11 – Jesus dealt with Satan’s temptations by quoting Scripture. Surely this approach can help us overcome the temptation of anger.

Make a list of passages about anger, then study and memorize them. When tempted to lose our temper, quote or read them.

Then, based on those Scriptures, develop a plan of action. This would include some or all of the points below.

[Joshua 1:8; Deuteronomy 6:6-9; Proverbs 3:5,6; 2 Timothy 3:16,17; Ephesians 6:17; Romans 1:16; Hebrews 4:12]
B. Repent and Pray.

A person who is not a Christian must repent and be baptized for remission of sins (Acts 2:38; 22:16; Mark 16:15,16; Romans 6:3,4; 1 Peter 3:21).

But a child of God who sins, whether loss of temper or any other sin, must confess the sin and ask God’s forgiveness.

Acts 8:22 – To be forgiven, we must repent and pray for forgiveness. Some want to remove their problem without admitting it exists. God says confess it and make up your mind to change.

1 Peter 5:7 – Casting all your care upon Him, for He cares for you. We should pray, not just for forgiveness, but for strength to overcome temptation. We should ask God’s help especially when facing temptation.

Luke 6:27,28 – Pray for those who spitefully use us. That includes those who anger us. Praying for others helps us overcome our bitterness and develop an attitude of good will.

However, some will admit they have a problem and may even apologize, but then take no steps to change. Still more is needed.

[Proverbs 28:13; 1 John 1:8-10; Matthew 6:13]
C. Discuss the Problem with Other Christians.

James 5:16 – Confess your trespasses to one another, and pray for one another, that you may be healed. The effective, fervent prayer of a righteous man avails much.

We may also ask advice from others in overcoming the problem. Often others have had the same problem. They can help bear our burden (Gal. 6:2; 1 Thess. 5:14).
D. Avoid Hot-Tempered People.

Proverbs 22:24,25 – Make no friendship with an angry man, And with a furious man do not go, lest you learn his ways and set a snare for your soul. If you associate with people who regularly lose their temper, you become that kind of person. This is especially dangerous, if you already have the problem.

Associating with people who practice sin tempts you to participate. Associating with those who have overcome the problem helps you overcome it.

[Matthew 6:13; Romans 13:14; 1 Corinthians 15:33; 1 Peter 4:3,4; Proverbs 13:20; Exodus 23:2; Psalm 26:5; 2 Corinthians 6:14-18; Ephesians 5:11]
E. Think before You Speak or Act.

James 1:19 – Be slow to speak, slow to wrath.

Proverbs 29:20 – Do you see a man hasty in his words? There is more hope for a fool than for him.

Proverbs 15:28 – The heart of the righteous studies how to answer, but the mouth of the wicked pours forth evil. Don’t clam up, but don’t just pop off whatever comes to mind. Give an answer, but study on it first.

Force yourself to analyze the situation and consider the consequences of what you might say or do. “If I say or do this, will it be good for others, or am I just angry and will regret the statement later?” Count to ten. Maybe take a walk or ask for time to calm down and think. But instead of clamming up, set an appointment: a specific time to discuss the problem later.

Proverbs 15:1 – A soft answer turns away wrath, but a harsh word stirs up anger. Note it does not say clam up and give no answer. Give an answer, but make it calm.

Being calm does not mean we must never speak in a way that expresses anger by tone or volume. The examples we already learned show that such anger is not necessarily wrong. But don’t speak to hurt, get even, or antagonize. Be sure you are calm enough to say what is helpful. And if the other person loses control, then you speak in a way that shows you are under control.

This turns away wrath: not just the other person’s wrath, but your wrath too! When one person gets angry and says something mean, the other tends to respond with something meaner. Then the first must top that, etc. To break the cycle, instead of attacking the other person, calmly say something to help him, not hurt him.
F. Work to Solve the Problem that Angered You.

This may seem obvious, but most angry people do the opposite. We may say we are trying to solve the problem, but really we are trying to hurt the person who angered us. Instead of attacking the problem, we attack the person.
First determine exactly what happened that angered you.

The issue is not who angered you, but what happened to anger you. Learn to distinguish the act from the person. Hate the sin, but love the sinner. Striking out to hurt the person will not solve the problem. Seek to destroy the bad conduct, while helping the person who committed it.

Note: some problems are not worth being angry over. Learn to distinguish serious problems from imaginary or unimportant ones. If the problem is not worth working on, it isn’t worth being angry over. Forget it and go on. If it’s important enough to make you justifiably angry, then use your anger to work on the problem.
Use your energy constructively to solve the problem.

Anger is a natural reaction intended to prepare the body for action. The question is: what action is proper?

* Blowing up and attacking the person who angered you is the wrong action.

* Blowing up and attacking an innocent bystander (yelling at your wife or kids because the boss chewed you out) is worse.

* Holding a grudge (clamming up the anger inside yourself) does not solve the problem.

* The only proper way to “be angry and sin not” is to use your natural energy to work on the problem.
Go talk to the person who caused the problem for the purpose of working out a solution.

Matthew 5:22-24; (Luke 17:3,4) – Being angry without cause is not right; neither is saying cruel, hurtful things. If you have something against someone, or if they have something against you, either way go talk. But talk for the purpose of being reconciled. [Matt. 18:15-17]

Ephesians 4:26 – Don’t let the sun go down on your wrath. Don’t just seethe inside without working on the problem itself. Go work on the problem. This applies on the job, in the church, and in the home.
Speak with genuine concern for others.

Ephesians 4:26,29 – Be angry, but sin not. Speak what is good for necessary edification.

(1) Say what is necessary.

Don’t say just whatever comes to mind or whatever you feel like saying. Don’t drag out all the old wrongs that were supposedly resolved long ago. Don’t just talk on and on and on. Use “no corrupt communication” – no profanity, etc. Say what is needed to solve the problem. If it won’t help solve the problem, don’t say it!

(2) Say what is good and edifies and imparts grace to the hearers.

Speak to help, not to hurt.

[1 Cor. 13:5; Rom. 12:17-21]
Be willing to listen to others.

James 1:19 – Be swift to hear, slow to speak, slow to wrath. Angry people usually want to tell others off and give them “a piece of their mind.” They talk, talk, talk, but never really listen. This is not fair, not good for others, and does not solve the problem. We must be willing to listen.

Matthew 7:3-5 – Why behold the speck in your brother’s eye, when you have a plank in your own eye? In speaking with others, we must consider the evidence that maybe we have been wrong as much or more than they have. Consider their evidence.
G. Apologize to Those You Have Hurt.

Matthew 5:23,24 – In order for God to accept our worship, we must seek reconciliation with our brethren.

Luke 17:3,4 – If discussion demonstrates we have been wrong, we must say, “I repent.” Apologize. “I was wrong. I am sorry. Please forgive me.”

If everyone who needs to do this would do it today, many families would be reconciled, many church members would be reconciled, many friends and neighbors would be reconciled.

Some church members have wronged God and the whole church in ways that are openly known. They need to publicly express their repentance to the whole church.
Conclusion

As with all sins, God does not just tell us what to quit. He also tells us what to do to correct our problem. Anger is often a deep-seated habit, but anyone can overcome it by diligent application of God’s pattern.

Have you done what you should to be forgiven of your sins? Is there someone you have harmed in anger? Are there sins against others you need to make right? Are there known errors that you need to make right before the whole church? If so, do it today.

Amazing Grace


Pada masa tuanya, JOHN NEWTON seringkali menyebutkan dirinya sebagai “Orang Afrika penghujat Tuhan” dan memang itulah dia sebenarnya.

Ibunya adalah seorang Kristen yang saleh yang berusaha untuk membesarkan anaknya sesuai dengan Alkitab pada abad ke 18 di Inggris. Namun wanita itu meninggal pada saat John baru berusia 7 tahun. Dengan demikian, pendidikannya menjadi tanggung jawab ayahnya yang sering melakukan perjalanan di laut dan ibu tirinya ternyata tak dapat meneruskan pendidikan spiritualnya. Di dalam mengadakan perjalanan laut dengan ayahnya membuatnya jatuh hati terhadap laut, sehingga ia pada akhirnya menjadi seorang kapten kapal. Namun justru kehidupan di luar tugasnya sehari-hari itulah yang membuat kekaguman sejarah.

Ia gemar sekali melibatkan diri dalam pesta-pesta yang berkelebihan dan kotor serta suka sekali ikut menghujat dan mengutuk Tuhan yang memang merupakan kebiasaan dari kehidupan di kapal dan dermaga. Dan ia senang sekali mengejek mereka yang ingin hidup beda, serta berusaha keras menyeret mereka kepada jalan yang sedang ia tempuh.

Memang kadang kala ia rindu untuk kembali kepada pendidikan Ibunya pada masa kecilnya dan berusaha mengubah sifatnya yang buruk itu. Namun setiap kali ia gagal dan ia kembali pada kehidupannya yang tak bernilai dan tanpa tujuan itu.

Bagian “Afrika”nya dari kehidupan John yang penuh dengan hujatan Tuhan adalah waktu ia menemukan dirinya terlibat di dalam perdagangan budak ketika ia masih muda.

Dalam perjalanan laut dari Afrika ke Inggris kapalnya hampir tenggelam karena diserang sebuah badai yang dahsyat. Ia menjadi begitu takut sehingga ia memohon kepada Tuhan agar ia diselamatkan, sambil membolak-balikan ayat-ayat Alkitab ketika kapalnya diombang-ambingkan dengan hebat di lautan Atlantik Utara.

Sebagai hasil dari pengalaman ini, John di kemudian hari menganggap kejadian itu sebagai titik konversinya dari hidup spiritualnya. Seluruh kehidupannya berubah. Ia meninggalkan hidupnya yang penuh dengan hujatan dan kecerobohan walaupun ia masih tetap terlibat dalam perdagangan budak sampai beberapa tahun kemudian. Pada perjalanan laut ke Afrika kemudian, ia terpaksa mengakui kehidupan spiritualnya yang serba dangkal dan sekali lagi berseru kepada Tuhan untuk pengampunan demi kasih setia-Nya. Setelah kembali ke Inggris, John Newton mulai dipengaruhi oleh khotbah-khotbah dari hamba-hamba Tuhan seperti George Whitefield dan Charles Westley. Tak lama kemudian ia sama sekali meninggalkan perdagangan budak dan kehidupan lautnya.

Seandainya kita dapat mewawancarai John Newton pada suatu masa dari hidupnya ketika ia masih berumur belasan tahun – misalnya ketika ia dipukuli dan diperlakukan seperti seekor anjing, dipaksa harus makan dari lantai oleh isteri seorang pedagang budak di Afrika yang kejam dan membeli John sebagai budaknya – kemudian bertanya kepadanya, “John, apakah tujuan hidupmu?”, kukira ia tak mudah untuk menjawabnya dengan positif karena hidupnya yang penuh dengan hujatan Tuhannya dan hidup moralnya yang bobrok dan kosong.

Namun, bila kita menemuinya pada kemudian hari, yaitu di pertengahan dari abad ke-18, kita akan menemui seorang John Newton yang hidupnya dipenuhi dengan tujuan yang positif. Ia belajar sendiri bahasa Ibrani, Yunani, Syria dan teologia dalam waktunya yang senggang. Kemudian ia ditahbiskan, setelah menjadi murid dan mempraktekkan berkhotbah, sebagai seorang hamba Tuhan di Gereja Anglikan. Khotbah-khotbah dan nasihat-nasihatnya demikian berharganya, sehingga banyak hamba-hamba Tuhan datang dari tempat-tempat yang jauh untuk mendengar John Newton berkhotbah atau meminta nasihatnya. Nasihatnya kepada William Willberfordlah, seorang anggota Parlemen, agar ia tetap berada di dalam Parlemen untuk memperjuangkan menghapuskan perbudakan sehingga akhirnya berhasil.

Dengan William Cowper, seorang penyair, Newton menerbitkan Olney Hymns pada tahun 1770, sejilid buku yang membuat banyak puji-pujian yang amat terkenal dalam sejarah Gereja. Lagu ciptaan John Newton “Amazing Grace” mungkin merupakan pujian yang paling terkenal dan disenangi oleh para orang percaya dan bukan orang percaya.

Adakah orang yang dapat menyangkal, bahwa hidup John Newton mempunyai tujuan yang mulia sejak ia meninggalkan keterlibatannya dalam perdagangan budak kemudian menyerahkan diri secara mutlak ke dalam Kristus dan menjadi hamba Tuhan? Juga pengarang puji-pujian, seorang penasihat untuk para pemimpin negara dan seorang teolog? Di manakah John Newton melintasi garis dari kehidupan yang tanpa tujuan dan kosong dan kemudian mempunyai kehidupan penuh dengan tujuan yang mulia? Dan di manakah Tuhan dalam proses ini? Apakah Tuhan mempunyai maksud bagi John Newton setelah ia meninggalkan kehidupannya di laut dan memilih kehidupan sebagai seorang hamba Tuhan? Ataukah Tuhan sudah terlibat di dalam kehidupannya sebagai seorang Afrika penghujat Tuhan sejak dari mula?

Suatu cara yang baik untuk mempertimbangkan pertanyaan ini adalah dengan menggunakan John Newton sebagai contoh untuk direnungkan: Bagaimana John Newton, sebagai pengarang lagu ini dapat menulis:

Amazing grace! How sweet the sound,That saved a wretch like me!

I once was lost but now am found,

Was blind but now I see.

(Kasih karunia yang menakjubkan, betapa manis suaranya,

Telah menyelamatkan seorang celaka dan malang seperti diriku

Aku pernah hilang, namun kini aku diselamatkan

Pernah buta, namun kini aku bisa melihat)

Padahal sebelumnya, ia adalah penghujat Allah dan seorang pedagang budak?

Kemampuannya untuk menyelam dalam-dalam di lautan kasih karunia yang menakjubkan dari Tuhan, hal itu hanya dapat dilakukan karena sebelumnya ia telah menyelam di kedalaman dari dosa dan kehinaan.

Dr. Robert A. Schuller

Guru Terbaik

Bertahun-tahun yang lalu, Bu Thomson berdiri didepan siswa kelas V mengucapkan sebuah kata bohong kepada para siswanya dia mengatakan akan mencintai setiap muridnya. Tetapi hal tersebut sebetulnya tak sepenuhnya jujur, karena Teddy yang duduk dibarisan depan adalah seorang anak yang tidak konsentrasi belajar dan kotor. Sebenarnya Bu Thomson sangat ingin dengan pena merahnya menulis diatas rapor Teddy nilai “E”.

Pada suatu hari ketika Bu Thomson sedang memeriksa catatan di rapor para muridnya. Dia sangat terkejut membaca komentar para mantan guru Teddy.

Guru di kelas I menulis, “Teddy adalah seorang murid yang cerdas, selalu tersenyum, pekerjaan rumahnya dan catatannya selalu rapi, sangat menghormati orang lain, membuat orang disekelilingnya berbahagia!.”

Guru kelas II menulis, “Teddy adalah seorang pelajar yang sempurna, semua teman-teman menyukainya, tetapi ibunya menderita penyakit kanker, kehidupan dirumahnya pasti sangat susah!”

Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya menimbulkan pukulan berat baginya. Dia sangat rajin belajar, tetapi ayahnya tidak peduli terhadapnya, jika tidak segera diambil tindakan maka kehidupan keluarganya akan segera mempengaruhi pelajarannya. “

Guru kelas IV menulis, “Pelajaran Teddy mulai mundur, dia tidak tertarik kepada pelajaran lagi, dia tidak ada teman lagi, terkadang tertidur di ruang kelas.”

Setelah membaca catatan tersebut, Bu Thomson baru menyadari masalah yang sebenarnya. Dia merasa malu, dan sangat sedih karena pada saat natal, semua muridnya memberi dia hadiah yang dibungkus dengan kertas kado yang cantik, sedangkan Teddy membungkus hadiahnya dengan kertas koran.

Bu Thomson membuka hadiah Teddy, didepan kelas, hadiahnya adalah sebuah gelang berlian palsu dan sebotol parfum yang tersisa ¼ , murid-murid yang lain mulai menertawakan hadiah dari Teddy, tetapi guru Bu Thomson segera mengambil gelang tersebut dipakai ditangannya dan berkata sangat indah dia menyukai hadiah tersebut, lalu menyemprotkan parfum tersebut ke tangannya.

Hari itu setelah lonceng pulang berbunyi, Teddy tinggal dikelas dan berkata kepada guru Bu Thomson, “Guru, hari ini engkau wangi seperti ibuku!.” Setelah Teddy pulang, guru Bu Thomson menangis dengan sedih selama satu jam. Setelah hari itu guru Bu Thomson tidak mengajar “Membaca, menulis dan menghafal dan matematika lagi.” Tetapi dia mengajarkan pendidikan kepada para muridnya.

Mulai hari itu dia memberi perhatian khusus kepada Teddy, mencurahkan kasih sayang seperti seorang ibu kandung, Teddy juga mulai hidup kembali, guru Bu Thomson selalu memberi semangat kepadanya, dia semakin tangkas. Di akhir tahun Teddy menjadi murid yang terpintar dikelasnya. Walaupun guru Bu Thomson mengatakan akan mencintai setiap muridnya tetapi Teddy adalah siswa favoritnya.

Setahun kemudian, guru Bu Thomson menemukan secarik kertas yang ditempel dipintu rumahnya, itu adalah tulisan Teddy yang mengatakan “guru Bu Thomson adalah guru yang paling baik yang dijumpai seumur hidupnya!” Setelah 6 tahun berlalu guru Bu Thomson menerima sepucuk surat dari Teddy yang mengatakan dia sudah tamat SMA, dia mendapat juara 3, dia mengatakan guru Bu Thomson tetap adalah guru yang paling baik seumur hidupnya dan guru favoritnya!

Empat tahun kemudian, Teddy menulis bahwa dia telah tamat S1 dan akan melanjutkan ke S2 dia mengatakan guru Bu Thomson tetap guru favorit dan guru yang terbaik selama hidupnya, dan guru Bu Thomson melihat ada tambahan gelar dokter ditanda tangannya.

Cerita ini belum berakhir, pada musim semi tahun ini, Teddy menulis surat lagi, menceritakan bahwa ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia sudah menemukan seorang gadis dan akan menikah dengannya, dia meminta guru Bu Thomson sebagai walinya akan disediakan tempat duduk di posisi orang tuanya. Guru Bu Thomson memenuhi permintaan Teddy, pada hari pernikahan dia memakai gelang berlian palsu pemberian Teddy dan menyemprotkan parfum pemberian Teddy, Teddy teringat itu terakhir kalinya dia bersama ibunya merayakan natal dan ibunya memakai parfum ini.

Ketika mereka merangkul satu sama lain, prof. Teddy dengan berbisik ditelinga Bu Thomson mengatakan, “Terima kasih guru Bu Thomson engkau telah mempercayai saya, terima kasih karena engkau membuat saya menjadi orang penting, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah!”

Airmata guru Thomsom mengalir dengan deras, dengan lembut dia berkata, “Teddy, anda salah! Andalah yang mengajari saya, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah, setelah bertemu denganmu, saya baru tahu bagaimana mengajar!”

Anak Anjing

Sebuah toko hewan peliharaan (pet store) memasang papan iklan yang menaik bagi anak-anak kecil, “Dijual Anak Anjing”.

Segera saja seorang anak lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya “Berapa harga anak anjing yang anda jual itu?” Pemilik toko itu menjawab, “Harganya berkisar antara 30 – 50 Dollar.”

Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa keping uang, “Aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat anak anjing yang anda jual itu?” Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya.

Tak lama dari kandang aning munculah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti oleh lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong toko. Tetapi, ada satu anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling belakang. Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan tampak cacat itu.

Tanyanya, “Kenapa dengan anak anjing itu?” Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di pinggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, “Aku beli anak anjing yang cacat itu.” Pemilik toko itu menjawab, “Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat itu. Tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu.”

Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, “Aku tak mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai 2,35 Dollar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas harga anak anjing itu.”

Tetapi lelaki itu menolak, “Nak, kau jangan membeli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaiman anak anjing lainnya.”

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, “Tuan, aku pun tidak bisa berlari dengan cepat. Aku pun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mau mengerti penderitaannya.”

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut matanya. Ia tersenyum dan berkata, “Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau.”

Sesuatu yang tidak sempurna belum tentu memiliki nilai yang kurang. Janganlah menilai orang hanya dari bentuk fisik nya saja. Jangan meremehkan sesuatu hanya karena bentuknya berbeda. Di mata kita mungkin sesuatu itu tidak bernilai, tapi mungkin di mata orang lain sesuatu itu sangat lah berarti.